Header Ads

Dari Kios Kecil ke Pasar Digital: Cerita Seorang Pedagang di Tengah Semangat QRIS Bangka Barat

 


Mentok, Bangka Barat • Marahtulis.Com || Pagi Itu, Jum'at (15/08/2025), di sudut lapangan perkantoran Pemkab Bangka Barat yang ramai itu, ada sebuah meja kayu sederhana. Di atasnya, termos besar berisi kopi hitam mengepulkan aroma khas robusta. Di sebelahnya, piring berisi kue rintak tersusun rapi, dan di belakang meja, seorang perempuan paruh baya tersenyum ramah pada setiap pengunjung.


Namanya Suryani, 47 tahun, pedagang kopi keliling yang biasanya hanya berjualan di depan rumahnya di Kampung Ulu. Ia tak pernah membayangkan bahwa suatu hari ia akan melayani pembeli yang membayar bukan dengan uang tunai, melainkan dengan ponsel yang memindai kode QR di sebuah papan kecil.


“Awalnya saya bingung, kok bisa jualan nggak pakai uang? Tapi anak saya yang kuliah jelasin, katanya ini namanya QRIS,” ujar Suryani sambil menuang kopi panas ke gelas plastik.


Hari itu, Suryani menjadi salah satu pelaku UMKM binaan Bank Sumsel Babel yang berjualan di acara Pekan QRIS Nasional di Lapangan Kota Mentok. Setiap warga yang membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) lewat QRIS mendapat voucher Rp20.000, yang bisa digunakan membeli produk UMKM seperti dagangan Suryani. Dengan hanya menambah Rp1.945, pembeli bisa membawa pulang kopi dan kue buatannya.


Biasanya, di hari biasa, Suryani hanya menjual 10–15 gelas kopi di pagi hari. Namun kali ini, belum dua jam sejak acara dimulai, ia sudah menjual 30 gelas kopi dan 20 bungkus kue rintak. “Saya sampai minta anak saya nganterin kopi tambahan dari rumah. Rezeki banget ini,” ucapnya, matanya berbinar.


Bagi Suryani, QRIS bukan sekadar alat pembayaran, tetapi pintu menuju pasar yang lebih luas. Ia mengaku selama ini sering kehilangan pembeli hanya karena tidak punya uang kembalian. “Kalau QRIS, langsung masuk rekening. Saya bisa catat lebih rapi, nggak takut uang tercecer,” katanya.


Bupati Bangka Barat, Markus, S.H., yang berkeliling di lapangan, menyempatkan mampir ke meja Suryani. Ia membeli kopi, membayarnya lewat QRIS, lalu memberikan paket produk UMKM secara cuma-cuma kepada beberapa warga yang lewat. “UMKM seperti Bu Suryani ini harus kita dukung. Digitalisasi jangan hanya untuk orang kota besar, tapi juga untuk pedagang kecil,” ujar Markus.


Tak jauh dari meja Suryani, suasana sama semaraknya. Deretan stan UMKM menjual kemplang, madu, keripik pisang, hingga kerajinan tangan. Semua bisa dibeli dengan QRIS, tanpa uang tunai berpindah tangan. Pemimpin Cabang Bank Sumsel Babel Muntok, Dedy Zulkarnain, menyebut ini sebagai bukti bahwa teknologi bisa masuk ke pasar rakyat tanpa menghilangkan nuansa kekeluargaan. “Digitalisasi ini bukan untuk mengganti pasar, tapi untuk memperkuatnya,” katanya.


Bagi Suryani, hari itu akan selalu ia kenang sebagai momen di mana kios kecilnya menjangkau pasar yang lebih besar. “Saya nggak tahu kalau bisa segampang ini. Kalau bisa, saya mau pakai QRIS terus, biar pelanggan dari mana saja bisa beli kopi saya,” ujarnya sambil merapikan meja, sementara antrean baru sudah mulai terbentuk di depannya.


Di bawah langit Mentok yang mulai cerah, Suryani tak hanya membawa pulang uang hasil dagangan. Ia membawa pulang keyakinan baru: bahwa teknologi bisa menjadi sahabat pedagang kecil, dan QRIS adalah jembatan yang menghubungkan kios sederhana dengan pasar digital yang tanpa batas.


( kgs musarofa melaporkan dari Bangka Barat)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.